Masih terbayang. Masih di hati. Ain. Berdebar, atau juga malu ataupun segan, bila berhampiran dengan Ain, atau bahkan bila terpandang Ain. Kenapa? Hmm, tidakkah begitu adalah kesan cinta sejati terhadap lelaki? Tertarik dan mahu, tetapi takut ataupun malu atau juga entah apa. Mulut abang bagaikan terkunci. Lidah abang bagaikan beku. Maka, apa kata kalau Ain memulakan saja kata-kata serta kemesraan? Terus-terang, abang ingin mendapatkan seorang dara untuk dijadikan isteri, tetapi yang abang mahukan bukanlah yang sekadar dara. Yang abang mahukan adalah seorang dara yang mementingkan kejujuran serta kesucian. Lebih penting, yang abang mahukan adalah seorang dara yang menyembah hanya Allah, bukan yang sekadar mempertuhankan hanya Allah. Dan yang abang mahukan adalah seorang dara yang berakal, berbanding bermarwah. Ain, sesungguhnya Nabi Muhammad dan siapapun rasulullah tidaklah mempertuan-rajakan selain Allah, juga tidaklah Nabi Muhammad dan siapapun rasulullah menyanjung-agungkan selain Allah. Dan marwah patutlah dikawal sebagaimana syahwat dan nafsu kebendaan patut dikawal. Ain, cinta sejati bukanlah cinta syahwat, usahkan cinta kebendaan. Cinta sejati, begitu juga ataupun apatah lagi hidayah Allah, bukanlah untuk semua dan sesiapa saja. Dan Allah, si pemberi cinta dan hidayah, adalah maha mengetahui serta maha mulia.
Wahai Ain, penilaian dan ajaran yang paling penting adalah penilaian dan ajaran Allah, Dia, hakim terwajar, Dia yang teramat berkuasa yang kepadaNya kita pasti dikembalikan, Dia, satu-satunya pengarang al Quran dan pencipta Islam. Hidayah Allah dan SyurgaNya bukanlah untuk pelampau dan pendusta. Dan cinta sejati bukanlah ada di mana-mana saja, sebagaimana yang berhati mulia ataupun berjiwa suci bukanlah ada di mana-mana saja, ataupun sebagaimana yang mempertuan-rajakan hanya Allah serta “aslam” kepada Allah bukanlah ada di mana-mana saja. Jiwa yang suci, murni, lebih-lebih lagi hati yang mulia, terpuji: itulah yang cukup sesuai untuk cinta sejati, iaitu bukan cinta syahwat, dangkal, usahkan cinta kebendaan, murahan. Jadilah orang isi, bukan ataupun berbanding orang kulit. Dan janganlah tak pandai menilai, usahkan sombong ataupun tak mahu diajar. Wahai Ain, tidakkah kita sebenar-benarnya saling suka ataupun tertarik? Tidakkah beberapa kali berbalas “poke” di Facebook bermakna saling suka ataupun berminat? Ain, berterus-terang dan jujur memudahkan urusan. Mesra dan jujur adalah resepi kebahagiaan. Dan jujur, lebih-lebih lagi adil, adalah nilai murni yang sangatlah tinggi martabatnya; namun janganlah harap semua orang setuju. Wahai Ain, siapakah yang tidak mahukan cinta sejati? Namun jiwa yang kotor ataupun hati yang jahat tidaklah sesuai untuk cinta sejati. Dan jiwa yang kotor amatlah tidak sepadan dengan hati yang mulia. Dan perempuan yang perlu ataupun seolah-olah meminta diorat dan dipuji serta dihampiri: tidakkah yang sesuai adalah lelaki syahwat yang mabuk kemarwahan, ataupun perigi tak sedar diri yang rendah dalam kewajaran? Sebenarnya, tidakkah kebanyakan orang mementingkan marwah dan kebendaan, berbanding kebenaran dan keadilan dan cinta? Dan sebenar-benarnya, sudikah Ain menjadi calun isteri ataupun teman istimewa abang di alam nyata?
Wahai Ain, sedarlah bahawa yang menyembah selain Allah adalah kafir, walaupun menutup aurat dan melakukan solat, serta hebat gelaran dan pangkatnya. Yang memperajakan ataupun mempertuankan selain Allah tidaklah halal untuk dikahwini oleh orang Islam yang sebenar. Dan sesungguhnya, al Quran, kalamullah, adalah sumber Islam dan kewajaran, sedangkan Hadis adalah sumber bidaah (ada-adaan) dan kesesatan. Wahai Ain, sesungguhnya tidaklah Nabi Ibrahim, juga tidaklah Nabi Muhammad, masuk Islam dengan mengucap kalimah syahadah, oleh itu, takkanlah Nabi Ibrahim ataupun Nabi Muhammad mengajar bahawa masuk Islam adalah dengan mengucap kalimah syahadah. Wallahi, bohong ataupun tidak benar adalah bahawa masuk Islam adalah dengan mengucap kalimah syahadah. Dan gara-gara percayakan Hadis ataupun ajaran yang mengatakan bahawa masuk Islam adalah dengan mengucap kalimah syahadah, maka betapalah ramai adalah orang Islam palsu, termasuklah yang kafir tak sedar diri. Wahai Ain, sesungguhnya “rob” bukanlah “ilah”, ataupun tuhan, ataupun “god”, tetapi “rob” adalah tuan, juga adalah “lord”. Dan takkanlah Allah bukan tuan ke atas hambaNya, sedangkan kalau ada hamba maka adalah tuan, apatah lagi sedangkan Allah adalah yang paling berkuasa. Wahai Ain, kita adalah ciptaan serta hamba kepunyaan Allah, Dia, penguasa mutlak Syurga dan Neraka. Dan percayalah, Allah adalah tuan kita, raja kita, tuhan kita; dan kepada Allah kita patut, bahkan wajib, “aslam”, yakni menyerah diri, tidak angkuh, usahkan derhaka, usahkan shirik. Wahai Ain, sembahlah Allah, hanya Allah, yakni pertuankanlah Allah, hanya Allah, serta perajakanlah Allah, hanya Allah. Dan menyerahla
h kepada Allah, Dia, satu-satunya tuhan, sebenar tuhan, yakni pemerintah yang tidak dikuasai, sesungguhnya tidak dikuasai oleh siapapun. Wahai Ain, sila amalkan yang berikut: “oh Allah, tuanku, rajaku, tuhanku, kepadaMu aku menyerah diri; salam, oh Allah, salam.” Semoga Ain faham dan dilapangkan dada. Wassalamualaikum.
Tuesday, April 22, 2014
Thursday, April 3, 2014
True Christians And Allah (ul-law-h)
If you are truly not a follower of Jesus Christ, then you are truly not a Christian. Right? Christian, by definition, is follower of Jesus Christ; certainly, Jesus Christ is not a follower of Jesus Christ, therefore, Jesus Christ is not a Christian. And Jesus Christ did not speak English; therefore, he did not use the word “god”, and therefore, he did not invite others to worship “God”. Make sense? Truly, Mary, the Virgin, did not call her son “Jesus”, but “Isa”. And Jesus Christ did not refer to himself as “Jesus”, but “Isa”. Do realize and understand that Jesus Christ and his pious mother were from the Middle East, not Europe, not elsewhere. Truly, Mary, the Virgin, worshiped Allah. And Mary (Maryam) was tested by Allah, Him, the only true god, the only absolutely sovereign ruler. “God” and “Lord” and “King” and “Caesar” are not personal names, but “Allah” and “Isa” and “Maryam” and “Muhammad” are personal names. A personal name should be used or kept as is, regardless of pride and anything else. And even if it is completely translatable, a personal name should not be translated or Westernized or Easternized, or else it would cause or lead to unnecessary disagreements, or confusion, or stupidity, or waste of time. Let us be precise and truthful. And let us be righteous, not prideful.
The Bible is not the source for true teachings of Isa al-Masih (aka Jesus Christ), as the Hadith is not the source for true teachings of Muhammad. Verily, both Isa and Muhammad are chosen to be messengers of Allah. And the Quran is the source for true teachings of Muhammad, and of Isa. Examine the Quran mindfully, and honestly. Rationally, Muhammad is not or cannot be knowledgeable enough to be the author of the Quran. And verily, the Quran, not the Hadith, and certainly not the King James version of the Bible, is the source for true teachings of Allah, Him, the supreme being, Him, the sole creator of Islam, Him, the absolute ruler of both Paradise and Hell. Nevertheless, worshiping Allah, only Allah, is the utmost important. Don’t be misled by any wrong definition of worship and of god. True followers of Isa al-Masih (aka Jesus Christ), and true followers of Muhammad, rasulullah, are those who worship Allah, only Allah. True followers of Isa al-Masih, and true followers of Muhammad, rasulullah, are not those who accept someone else as their lord, let alone as their king. And a god, true god, is a sovereign ruler, an absolutely sovereign, uncontrolled ruler. Allah is our lord, our king, our god. No one, e
xcept Allah, is truly a god. And to Allah we should surrender (“aslam”), not rebellious, nor arrogant. Allah is neither our father, nor our mother. Truly, we are creations of Allah. “Oh Allah, my lord, my king, my god, to you I surrender; salam, oh Allah, salam”: those are main attitudes and aspects of true Muslims; and simply said, that is how to enter Islam, and how to be at peace and in good relationship with Allah, to whom we are returned.
The Bible is not the source for true teachings of Isa al-Masih (aka Jesus Christ), as the Hadith is not the source for true teachings of Muhammad. Verily, both Isa and Muhammad are chosen to be messengers of Allah. And the Quran is the source for true teachings of Muhammad, and of Isa. Examine the Quran mindfully, and honestly. Rationally, Muhammad is not or cannot be knowledgeable enough to be the author of the Quran. And verily, the Quran, not the Hadith, and certainly not the King James version of the Bible, is the source for true teachings of Allah, Him, the supreme being, Him, the sole creator of Islam, Him, the absolute ruler of both Paradise and Hell. Nevertheless, worshiping Allah, only Allah, is the utmost important. Don’t be misled by any wrong definition of worship and of god. True followers of Isa al-Masih (aka Jesus Christ), and true followers of Muhammad, rasulullah, are those who worship Allah, only Allah. True followers of Isa al-Masih, and true followers of Muhammad, rasulullah, are not those who accept someone else as their lord, let alone as their king. And a god, true god, is a sovereign ruler, an absolutely sovereign, uncontrolled ruler. Allah is our lord, our king, our god. No one, e
xcept Allah, is truly a god. And to Allah we should surrender (“aslam”), not rebellious, nor arrogant. Allah is neither our father, nor our mother. Truly, we are creations of Allah. “Oh Allah, my lord, my king, my god, to you I surrender; salam, oh Allah, salam”: those are main attitudes and aspects of true Muslims; and simply said, that is how to enter Islam, and how to be at peace and in good relationship with Allah, to whom we are returned.
Subscribe to:
Posts (Atom)